#3 The Green Tea to My Cake

8:53 pm

Green tea aku!
Kenapa green tea? Waktu itu, Gaida pake baju hijau-hijau gitu, terus aku pake baju krem. Jadi aja, Gaida itu green tea dan aku tiramissu. Well, skill gak penting yang aku banggakan: asosiasi outfit seseorang dengan makanan atau minuman.

Ketemu Gaida pertama kali karena se-divisi di Pubdok Pepsi. Pas pertama kenal, yang aku tau Gaida orangnya family-oriented banget dan gak gitu suka kegiatan kemahasiswaan. Tapi siapa yang tahu kalo waktu bisa mengubah apapun hehe. Aku ketemu lagi dengan nona sibuk ini (lagi) di Madam, Pepsi (lagi), Madam (lagi), dan BEM. Gatau kenapa siklus kehidupan kemahasiswaan kita mirip. Kalo gak dunia per-pubdok-an, ya ngurusin orang. Sekarang pun kita masih sama-sama HR. Walaupun Gaida di Matcil, aku di RBN.

Perjuanganku bareng Gaida ternyata gak cuman di situ. Karena dasarnya kita anak yang gak bisa diam dan kepoan, akhirnya kita jadi research team gitu. Udah dua kali alhamdulillah berhasil masuk conference bareng. Bahkan yang satu sampai ke Jepang, alhamdulillah. Semoga yang ketiga ini berhasil kita wujudkan ya!

Ini bukan perjuangan sih. Tapi akurnya aku dan Gaida itu karena ternyata tipikal radar kita akan cowok atraktif itu sama, yang smart dan kharisma super hahaha. Walaupun kalo dilihat secara fisik, tipikal idaman kita beda banget. Kalo kata orang, Gaida butuhnya supir, Manda butuhnya suporter. sisanya kita cewek bisa ngelakuin sendiri. Btw pernah aku dan Gaida merasa akur banget karena di suatu momen, semua orang di clique kita lagi pada berpasangan dan cuma kita yang single. Jadi akur :]
"Orang mah udah berperiode-periode kisahnya, kalian diledekin (sama orang) aja nggak"

Cerita lucu yang lain itu pernah suatu mata kuliah dan harus berdebat. Mosinya "cinta dalam diam tidak lebih besar daripada cinta yang diungkapkan". Kalo gak salah, kita adalah tim kontra, bareng sama Natika. Dosen kita sampe datengin untuk nanya "Kalian pernah punya first love gak? Bukan first love jaman SMP. First love yang sebenarnya itu ketika murni perasaan tanpa kognitif. Biasanya pas TK". Kita geleng-geleng. "Kalian gak pernah nih pas kecil ngebayangin daun-daun ini jadi baju peri". Kita geleng-geleng. Dosen kita pun geleng-geleng. Abis itu kita ketawa karena ternyata golden age kita gak optimal sebagaimana seharusnya haha.

Oiya sebelum kenal Gaida, aku udah ngerasa jadi cewek yang independen. Ternyata, wanita ini jauh lebih independen, lebih pintar, dan lebih dapat diandalkan. Kayak alat ukur ya, Gaid haha. Gaida bikin aku berani untuk megang tanggung jawab yang lebih besar walaupun sebelumnya diledekin dulu "masih mau jadi koor, Man?" Haha mau ternyata aku Gaid, mana yang diurusin 25 + 150 orang. Pantes aja turun berkilo-kilo. Tapi Gaida cukup tahu aku ternyata, kadang aku gak perlu cerita macem-macem tapi Gaida bisa datang tiba-tiba. Gaida juga bikin aku bisa untuk merasionalkan sesuatu jadi bisa menghadapi sesuatu dengan kepala dingin.

Ternyata perjuangan kita gak cuman di aspek-aspek yang udah disebutin, tapi ini aku ngerasa baik banget. Saat aku bikin suatu keputusan untuk berubah dalam hidupku, ternyata Allah juga kirimin buat Gaida. Kayak kata cerita, kalo kita berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan kena wanginya. Ini berlaku di Gaida. Aku jadi ngerasa ada teman berjuang bareng.








Gaid, I knew you're such an amazing woman. Thankyou for everything. I don't have to tell you everything because I've already told you or let me tell Allah of everything that you and wish His blessings for you. Thankyou for make me as tiramissu in your cake, blue sky to your sunset, your hugging-machine, and your big smile in a bad day. I'll wait for another super amazing news for you. You know I love you.

You Might Also Like

0 comments