Lampung Ternyata Kaya (Part 1)

8:00 pm

Inginnya sih posting tiap minggu, tapi malah jadinya per bulan. ternyata masih harus belajar biar jadi rutinitas nih hehe.

Kali ini, mau share liburan lalu.
Akhirnya liburan yang diniatkan setelah kehectican skripsi, baru bisa terwujud. Tadinya ingin ke suatu tempat dalam wishlist. Namun, tiket pesawat sudah terlanjur berkali-kali lipat sehingga ku merelakan untuk nyusul ke tempat Ayah kerja sekarang, yaitu Bandar Lampung. Iyap, salah satu keuntungan dari orang tua yang kerjanya pindah-pindah itu, bisa ngintilan ke mana pun beliau berada. Jadi sebagian besar liburanku adalah nyusulin Ayah hehe.

I didn't expect before that Lampung was going to be fun. Karena dipikir cuman itu-itu aja, mau ngapain lagi. Ditambah lagi karena hasrat liburan udah menggebu-gebu. Untuk keluarga yang travelling tiap libur sekolah, satu setengah tahun gak ngebolang tuh rasanya separuh jiwa hilang. Ekspektasinya tinggi nih, untung hasilnya juga tinggi.

Selain karena Ayah ada di sana, Lampung termasuk destinasi wisata yang cukup kaya dengan akomodasi yang terjangkau bagi orang Jabodetabek. Kemarin, ku cukup naik Damri dari Gambir dengan harga 160k untuk bisnis atau 205k untuk eksekutif, sudah sampai di Lampung. Bahkan ada juga Damri Depok-Lampung seharga 220k untuk eksekutif. Perjalanan menghabiskan waktu kurang lebih 8 jam. Tapi gak bosen karena setengah perjalanannya adalah naik Ferry. Akhirnya ketemu laut!
Mungkin beberapa orang anggap itu cukup lama. Tapi dibanding Depok-Bandung 8 jam cuman ketemu jalan tol dan macet :(

Oiya, ini nih kota pertama yang kukunjungi tanpa harus adaptasi bahasa, logat, atau semacamnya, at least panggilan. Karena rata-rata masyarakat sana adalah transmigran dari Jawa. Sumatera rasa Jakarta, menurutku mah. Manggilnya 'Mas-Mbak' juga. Gak perlu adaptasi makanan juga karena rasanya sama kayak biasa. Rasa masakan orang sini. Beda dengan waktu ke Makassar beberapa waktu lalu. Harus adaptasi masakan dengan rempah yang khas dan fresh seafoodnya. Setelah seminggu rasa gumoh dan inginnya fastfood aja haha. Atau pas ke Jepang yang setelah 10 hari-an, inginnya sambal atau nasi padang saja.

Hari pertama harus mengubah itinerary. Tadinya mau ke Way Kambas, tetapi karena adikku yang menyusul sampainya cukup siang, jadi dibatalkan. Kata Bunda, "takut gajahnya keburu pulang" :( Tapi ini beneran loh karena gajahnya akan pulang ke posnya sekitar jam 3-an. Btw, akhirnya Pantai Sari Ringgung jadi destinasi pertama kita. Pantainya hanya butuh waktu 30 menit dari Bandar Lampung. Cukup bersih untuk pantai yang berada di pinggir kota. Tapi pas ke sana, lagi ramai karena pas lagi Natal. Pulangnya pun sempetin makan Bakso H. Soni yang super hits! Ternyata enak bangettt.


Perahu ini bisa ajak kamu wisata. Yang terkenal adalah Pasir Timbul dan Masjid Terapung

Destinasi wisata kedua itu Way Kambas. Ini wajib banget karena salah satu alasanku pengen ke Lampung adalah lihat gajah. Dari Bandar Lampung menghabiskan waktu perjalanan sekitar 2,5-3 jam dengan mobil. Ku gak tahu kalo naik umum gimana, tapi kusarankan rental mobil karena jarak antar wisata di Lampung memang jauh-jauh. Btw kalo ke Way Kambas, pake topi, kacamata, payung atau pelindung apapun yaa. Way Kambas kan konservasi gajah, jadi lebih banyak savana dibanding hutan-hutan teduh. Di sana, ada beberapa kali pertunjukkan gajah. Gajah-gajah ini memang sudah belajar dan lebih jinak. Jadi lebih bisa dipegang-pegang atau diajak foto-foto. Beda sama gajah yang dilepas di taman konservasi. Oiya selain ada pertunjukan, kita juga bisa menunggangi gajah. Wisata gajah tunggang itu ada yang hanya muterin area (20k) atau berjalan mengitari savana (150k untuk 30 menit atau 250k untuk 1 jam). Pengen banget ngerasain naik gajah keliling savana, tapi gagal karena waktunya yang sudah terlalu sore dan perjalanan masih jauh untuk ke Bandar Lampung. Akhirnya naik gajah masih masuk ke wishlist Amanda.
Gajahnya jago deh. Sempet mikir kok tega sih gajahnya dididik kayak gitu.
Tapi ini adalah gajah-gajah terpilih


Ini Adel ya, bukan Manda

Gemes banget itu anak gajah. Pengen deketin tapi itu kan liar, takut diserang :(



Destinasi selanjutnya adalah Pulau Pahawang. Ini destinasi masih bisa dibilang terjangkau. Jarak hanya 1,5 jam dari Bandar Lampung, harga pun lumayan terjangkau. Hanye sekitar 180k/orang termasuk kapal, wisata pulau, alat snorkeling, dan makan siang; atau 165k/orang tanpa makan siang. Tapi ini barengan sama orang karena penuhin kapal. Kira-kira sampai kapal terisi 11-14 orang. Kalo mau lebih privat, bisa dengan speed boat seharga 1500k/kapal.

Perahunya sebesar itu

Disarankan untuk udah pesan paketnya dulu ya biar tenang. Pas ku ke sana yang baru datang hari H, kapalnya udah habis. Kebetulan pas libur sekolah sih jadi ramai. Kita udah pasrah aja tuh. Tapi Ayah keukeuh cari orang yang nasibnya sama dengan kita. Alhamdulillah masih ada rezeki dan bisa lanjut. Oiya kalo udah naik kapalnya, pastikan udah pake outfit yang siap nyebur ya karena gak ada waktu lagi buat ganti-ganti baju. Ini dialamin sama si Adik yang masih pake jeans padahal destinasi pertama kita adalah snorkeling which is di tengah laut. Akhirnya dia ganti dengan ditutupin handuk. Suka banget snorkeling karena airnya sangat jernih. Setelah snorkeling, kita dibawa ke Pantai yang pasirnya putih dan cenderung tenang. Lupa namanya apa tapi di sekitar situ ada semacam keraton. Pantai ini juga menyediakan wahana air kayak banana boat, dll. Tapi jujur aku gak rekomen untuk kalian yang adrenaline-junkie karena ombaknya cenderung tenang. Kita juga dibawa ke Pantai Pahawang. Banyak penjual makanan di sini. Jangan lupa minum kelapa mudanya yaa. Langsung dipetik dari pohon jadi sangat fresh. Oiya ada yang kita lewatin tapi gak ke sana karena waktu, namanya Pulau Pahawang Kecil. Nah kalo mau main wahana air mending disini. Ombaknya lebih mantap karena langsung papasan dengan samudera. Btw selama jalan-jalan ini, kalian harus menyediakan uang yang cukup yaaa. Di setiap pemberhentian suka diminta 'duit parkir'. Lah ternyata parkir di laut aja bisa kena tarif! Btw ada hal yang miris dari perjalanan ini adalah pulang pahawang kecil itu punya bule--kata Mas Guide kita. Ku malah jadi diskusi dengan si Adik gimana cara kepemilikan suatu pulau. Tapi tetep sedih banget pulau kita bisa dimiliki orang gitu.








Mari kita lanjutkan cerita tentang Lampung di postingan berikutnya. Klik ini!

You Might Also Like

0 comments