What Happened in 2016? (part 1)
10:52 pm
Halo dua ribu tujuh belas!
Tahun yang akan dipenuhi beberapa kejutan dan batu loncatan
ke sana-sini
Postingan kali ini sarat dengan curhat. Mau sharing aja soal apa yang terjadi di tahun 2016. Gatau
kenapa tahun ini jadi seru karena menyadari banyak hal dan melakukan hal yang
gak pernah dilakukan sebelumnya. Mungkin ada beberapa hal yang gak pernah
diungkapkan di realita hehe.
Jadi Kepala Biro
Yes, dari SMA, ku selalu takut menjadi sosok pemimpin dari
sebuah tim. Beberapa kali ditawarkan untuk menjadi PJ dari suatu divisi yang
punya ‘anak’, tapi selalu menolak. It ended up with posisi BPH dimana punya
‘anak’ paling satu. Tanggung jawabnya besar sekali. Kalau ku salah
melakukan sesuatu, harus siap dengan apapun hasilnya. Baik atau buruk. Kalau
buruk ya harus baikin lagi. Tanggung jawabnya kebawa sampai akhirat kan? Jadi
takut banget.
Tapi sejak masuk kuliah, aku pun menerima amanah pada
posisi tersebut. Agak berantakan menurut aku, walaupun kata yang lain nggak. Maklum pengalaman pertama,
sampai si Ketua sempat berkata, “Masih mau Man jadi koor?”. Ternyata, aku masih
mau guys! Berikutnya, aku jadi koor suatu divisi dengan 25 ‘anak’
dimana divisi sebelumnya hanya 7 ‘anak’. Pelajaran sebelumnya banyak kepake di
sini dan menurut aku, hasilnya jauh lebih baik. Berikutnya aku jadi ketua dari
sebuah tim dengan 5 anggota. Much better karena anggotanya seangkatan.
Ketika open recruitment pimpinan BEM, sebenernya cukup takut daftar untuk mendaftar jadi kepala biro pengembangan organisasi. Karena takutnya menjadi pemimpin dari suatu tim ini hanya mengikuti ritme yang sebelumnya. Terasa lebih wow karena selama setahun dan posisi yang (dulu akan) kupegang emang posisi yang harus care gak cuma sama anak sebiro tapi se-BEM. Banyak berpikir dan sharing “Emang diri ini pantas untuk jadi pemimpin?”. Akhirnya kudaftar dengan alasan “Kalau emang jalan dari Allah, pasti sanggup Man!”. Ternyata emang jalannya seperti itu. Kalo emang takdirnya, mau sesulit apapun amanah pasti akan larinya ke kita lagi. Sangat bersyukur karena ini. Apalagi dapet tim yang keren abis. Mungkin next time harus cerita soal mereka.
Ketika open recruitment pimpinan BEM, sebenernya cukup takut daftar untuk mendaftar jadi kepala biro pengembangan organisasi. Karena takutnya menjadi pemimpin dari suatu tim ini hanya mengikuti ritme yang sebelumnya. Terasa lebih wow karena selama setahun dan posisi yang (dulu akan) kupegang emang posisi yang harus care gak cuma sama anak sebiro tapi se-BEM. Banyak berpikir dan sharing “Emang diri ini pantas untuk jadi pemimpin?”. Akhirnya kudaftar dengan alasan “Kalau emang jalan dari Allah, pasti sanggup Man!”. Ternyata emang jalannya seperti itu. Kalo emang takdirnya, mau sesulit apapun amanah pasti akan larinya ke kita lagi. Sangat bersyukur karena ini. Apalagi dapet tim yang keren abis. Mungkin next time harus cerita soal mereka.
KKN
First experience of living with people that you didn't know before. Seru hidup sama teman-teman baru tapi gabut. Buat orang yang harus selalu tahu apa yang dikerjakan hari ini kayak aku, ini sangat gabut. Huf karena bangun tidur gatau mau ngapain :( Mohon maaf kalo Manda suka kelayap ke desa orang lah, ke sawah lah, ke sungai, ke pasar haha karena sebosen itu. Tapi happy banget karena ketemu orang yang mikirnya beda, not psy-things. Ku dikenal sebagai orang yang dicurhatin--kayaknya ini karena label anak psikologi--dan tukang habisin makanan, kayak cowok :(
But endingnya gak terlalu baik sih. Idky there was somebody that disliked me so much for the reason that idk. Sampai diblock, unfriend, bahkan jadi the one who wasn't tagged when she uploaded our photo. That's so sad.
But endingnya gak terlalu baik sih. Idky there was somebody that disliked me so much for the reason that idk. Sampai diblock, unfriend, bahkan jadi the one who wasn't tagged when she uploaded our photo. That's so sad.
But, I learnt some from KKN
- You can't force something that you know because it's not their bussiness or maybe people know much than you or differenr perspective.
- You know whom you can be friend with, or just be acquitanced
- In this big world, there's somebody that dislike you. It's okay because that's world's unwritten rules.
Lomba Cerdas Cermat
Impian dari masuk Fapsi akhirnya terwujud, nama terpampang di baliho Fapsi. Kali ini, setim sama Dinan dan Uthe. Dinan disini adalah salah satu dewanya Fapsi. Tim yang lain ada Ijal, Phalosa, dan Zelin. Mereka juga dewanya Fapsi. Jadi merasa setara dengan Dewa Fapsi. Seru banget excitementnya. Belajar tiap hari, yang belajar terus, habisin textbook. Beneran bawa textbook tiap hari, belajar pas waktu luang. Dateng ke kampus jam 6.30 pagi buat belajar. Malamnya belajar bareng, main kuis-kuisan. Pokoknya belajar banget. Ngobrol aja pake istilah psikologi.
Hari H masih merasa belum siap. Modal kopi biar excitementnya naik. Pas lomba pun banyakan tegang karena kebetulan tim kita adalah newbie CC dibanding tim sebelah. "8 besar aja udah alhamdulillah" eh masuk 8 besar, 5 besar, bahkan 3 besar. Agak kecewa di tahap akhir karena banyak takut tapi happy banget sebagai newbie dapet juara 2.
Abis itu jadi ketagihan ikut CC. Lomba selanjutnya di Undip. Gak ada Dinan, Zelin, Uthe. Jadi Phalosa dan Ijal harus dibagi kemampuannya. Di lomba kali ini emosional banget sih karena kedua tim kita kalah. Kalahnya karena sistem bukan kompetensi. Pokoknya sistemnya cukup aneh dan tidak mengukur kemampuan kita. At least jalan-jalanlah ke Semarang dan kieu banget sama LO-nya
Impian dari masuk Fapsi akhirnya terwujud, nama terpampang di baliho Fapsi. Kali ini, setim sama Dinan dan Uthe. Dinan disini adalah salah satu dewanya Fapsi. Tim yang lain ada Ijal, Phalosa, dan Zelin. Mereka juga dewanya Fapsi. Jadi merasa setara dengan Dewa Fapsi. Seru banget excitementnya. Belajar tiap hari, yang belajar terus, habisin textbook. Beneran bawa textbook tiap hari, belajar pas waktu luang. Dateng ke kampus jam 6.30 pagi buat belajar. Malamnya belajar bareng, main kuis-kuisan. Pokoknya belajar banget. Ngobrol aja pake istilah psikologi.
Hari H masih merasa belum siap. Modal kopi biar excitementnya naik. Pas lomba pun banyakan tegang karena kebetulan tim kita adalah newbie CC dibanding tim sebelah. "8 besar aja udah alhamdulillah" eh masuk 8 besar, 5 besar, bahkan 3 besar. Agak kecewa di tahap akhir karena banyak takut tapi happy banget sebagai newbie dapet juara 2.
Abis itu jadi ketagihan ikut CC. Lomba selanjutnya di Undip. Gak ada Dinan, Zelin, Uthe. Jadi Phalosa dan Ijal harus dibagi kemampuannya. Di lomba kali ini emosional banget sih karena kedua tim kita kalah. Kalahnya karena sistem bukan kompetensi. Pokoknya sistemnya cukup aneh dan tidak mengukur kemampuan kita. At least jalan-jalanlah ke Semarang dan kieu banget sama LO-nya
International Conference
Kesempatan kedua ikut conference. Yang pertama, ikut AAICP di pertengahan 2015. Tapi eventnya di Unpad jadi kurang berasa conferencenya. Kali ini, ikutnya ICP di Yokohama. Yay Japan!
Jadi awalnya bisa ikut conference itu karena kepo dan join se-tim bareng Gaida. Masih tingkat awal gitu kan jadi belum paham apa-apa soal penelitian. Masih iya-iya aja ketika disuruh dosen. Topiknya juga arahan dosen. Setelah ikut AAICP, ternyata ketagihan. Kesempatan berikutnya bikin penelitian yang kita minati topiknya, pernikahan di mahasiswa. Penelitian ini berasa banget mikirnya karena cari fenomena, topik, ngerjain pembahasannya, sampai abstraknya berdua. Bikin abstraknya aja pas lagi KKN, telpon-telponan sama Gaida di tengah sulitnya sinyal.
Pas dapet LOA, happy karena berkesempatan ikut conference tertua se-dunia. Setelah itu, struggling lagi untuk bikin abstrak, ngajuin dana ke kampus, cari sponsorship, sampai latihan presentasi. Coba bayangkan guys, kelas paralelnya bareng dengan profesor atau dosen. Bahkan ternyata yang punya teori ikut conference bareng kita. Wow
Kesempatan kedua ikut conference. Yang pertama, ikut AAICP di pertengahan 2015. Tapi eventnya di Unpad jadi kurang berasa conferencenya. Kali ini, ikutnya ICP di Yokohama. Yay Japan!
Jadi awalnya bisa ikut conference itu karena kepo dan join se-tim bareng Gaida. Masih tingkat awal gitu kan jadi belum paham apa-apa soal penelitian. Masih iya-iya aja ketika disuruh dosen. Topiknya juga arahan dosen. Setelah ikut AAICP, ternyata ketagihan. Kesempatan berikutnya bikin penelitian yang kita minati topiknya, pernikahan di mahasiswa. Penelitian ini berasa banget mikirnya karena cari fenomena, topik, ngerjain pembahasannya, sampai abstraknya berdua. Bikin abstraknya aja pas lagi KKN, telpon-telponan sama Gaida di tengah sulitnya sinyal.
Pas dapet LOA, happy karena berkesempatan ikut conference tertua se-dunia. Setelah itu, struggling lagi untuk bikin abstrak, ngajuin dana ke kampus, cari sponsorship, sampai latihan presentasi. Coba bayangkan guys, kelas paralelnya bareng dengan profesor atau dosen. Bahkan ternyata yang punya teori ikut conference bareng kita. Wow
Sekian untuk postingan ini. See you di part berikutnya!
0 comments