Kisah Bianglala
9:30 pmYokohama Cosmo World |
Pemandangan favoritmu, katamu
"Bianglala dengan jamnya, Kau tahu, aku bisa menghabiskan separuh hari memandangnya. Apalagi di penghujung senja, saat permainan lampu bianglala dimulai"
"Aku heran mengapa manusia senang sekali menaiki roller coaster, hanya untuk menghadirkan insting kematian--adrenalin"
"Lihat keluarga itu! Lucu sekali mengenakan kemeja kotak-kotak. Bahkan si kecil juga. Lihat!"
-----
Sedikit celotehmu hari itu. Yang kusesali, kebanyakan kubalas dengan tawa.
Pemandangan favoritku kala itu; kamu yang tak henti mengomentari isi wahana permainan.
Aku rindu
Sunshine Sakae, Nagoya |
ii.
"Naik bianglala yuk"
"Lagi? Jadi lima putaran itu kurang?"
"Ya sudah kalo tak mau, kau tunggu saja di lantai paling atas. Di situ!"
"Ha?"
"Iya nanti kau tunggu di sana, deket jendela. Aku naik bianglala. Saat bianglalaku turun, kau ke sebelah sana"
"...?"
"Lambaikan tangan ya. Kita coba cara bersama yang berbeda"
-----
Aku; yang mengikuti sesuai apa yang kau pinta.
Kau; yang selalu punya kejutan. Kejutan yang selalu memercikkan ketertarikan.
Yokohama Cosmo World |
"Suka sekali bianglala?"
"Tidak juga"
"Lalu mengapa bisa mentap bianglala seperti ini? Bahkan coklat ini tak tersentuh"
"Ehe"
"Pulanglah. Kujamin kau tak betah menungguku"
"Kamu?"
"Aku akan pulang jika merasa cukup"
"Cukup bagaimana?"
"Aku menikmati bianglala. Naik ataupun tidak. Ketika di bawah, aku hanya bisa melihat sekitarku. Ketika di atas, aku bisa melihat cakrawala. Keduanya indah, dengan caranya. Bukan keduanya, bahkan setiap proses perputarannya indah"
"..."
"Walau tidak naik, aku juga menikmatinya, karena bianglala terus bergerak. Apalagi jika sudah gelap, permainan lampu tidak mengizinkanku berhenti menatap hahaha. Yuk kita pulang"
"Pulang? Sedetik yang lalu kau masih menatap bianglala"
"Hari ini aku sudah merasa cukup"
-----
Jangan khawatir aku tidak betah menunggumu. Mana berani aku melewatkan setiap anugerah-Nya, yang turun melaluimu dan membuatku pun cukup.
0 comments