Di tengah hawa kebahagian ini, seorang gadis duduk termenung. Ia sibuk memperhatikan sekitar. Sekumpulan anak kecil asyik bermain bola sambil membiarkan air menguyupkan mereka. Di ujung lapangan terlihat, seorang ibu--berpayung--yang tak henti meneriaki anaknya yang sudah basah kuyup. Di ujung lainnya, abang tukang baso sedang meneduhkan diri di pos ronda sambil menanti pembeli. Alam sedang berpihak padanya karena hujan adalah magnet paling sakti

Gadis tersebut hanya tersenyum menyaksikan kehidupan sekitarnya. Sekitarnya selalu menyenangkan, tidak seperti dalam dirinya. Duduk di balkon ketika hujan memang menyenangkan. Membuatnya lupa akan penatnya hidup. Luka baru, luka lama, semua sekejap sembuh. Tekanan hidup terangkat mendadak. Rumput tetangga memang terlihat lebih hijau. Secara tak sadar, ia iri

"Sampai kapan terus menyesali hidup, hai gadis manis?

Hidupmu memang tak sesuai impianmu. Menyakiti orang lain tak ingin, tetapi ingin dimengerti. Jadi harus siapa yang didahulukan. Kembalilah manusia kepada kodratnya jika begitu, egosentris"

Dalam diam, gadis berharap bahwa ada seseorang yang dapat menyembuhkan luka di hatinya

Ia tahu orang itu ada

Tapi tak kunjung berani datang

Masih menatapnya dari seberang lapangan ini

251016

23.03