"Izinkan ku bercerita padamu, ya?
Tahukah kau kalau aku adalah orang yang lemah?"
Raut wajahmu terperangah ketika ku katakan seperti itu
"Kau adalah orang terkuat yang pernah kutemui
Bersinar seperti bintang yang kau impikan
Menyinari mereka yang tengah berjalan menuju pulang"
Ujarnya berapi-api
Sambil tersenyum kugelengkan kepala
"Tidak, imajiku
Sadarkah kau jika bintang itu diam sendiri di luasnya langit?
Berikan sinarnya kepada insan di bawah yang takut akan gelap
Berharap insan di bawah akan menyapa balik dan tersenyum padanya"
"Tahukah kau apa kelemahannya?
Bintang berharap insan di bawah akan menyapa balik dan tersenyum padanya
Bintang berharap
Bintang terbenam akan ekspektasinya sendiri
Sedikit yang terwujud
Hanya oleh pengagum bintang seperti diriku"
"Itu bintang, tapi itu bukan dirimu, kan?"
Tanyamu lagi
"Aku pun berharap
Aku lemah akan harapan
Aku tak henti berharap pada hal yang tak pasti
Berharap apa yang kuinginkan menjadi nyata
Berapa kali kukatakan pada diriku sendiri bahwa berharap hanya akan mematikan asaku
Tidak semua harapan pun akan terwujud
Semua telah tertulis dalam suratan takdirku
Tapi aku selalu mengulang kesalahan itu
Aku kembali selalu berharap
Sama seperti bintang"
"Sampai akhirnya,
Atas ketidakpastian harapan, bintang melemah
Luarnya memang terang, tetapi dalamnya? Rapuh
Bintang tua bahkan hancur menjadi debu kosmik yang terabaikan
Mati sendiri dalam harapan"
"Kamu tidak boleh seperti itu", ujarmu
"Aku tidak begitu
Aku hanya kecewa, tenggelam dalam kekecewaan
Lalu ada orang yang berkata
"Kekecewaanmu adalah pertanda bahwa kamu tidak mau diatur oleh-Nya"
Jadi maukah kau membantuku bangkit setiap harapan itu hadir?
Aku masih mau diatur oleh-Nya"
Sebelum kau menjawab, ku lemparkan pertanyaan lagi
"Tahukah kau kebahagiaan terbesar bintang yang bisa membuatnya melupakan harapnya?"
"Ada sosok yang menunggu sinarnya setiap malam dan mengatakan "terima kasih bintang yang kuat yang pernah kutemui, untuk selalu menyinari jalanku pulang""
Kau pun tersenyum di bawah sinar Sirius, bintang paling terang
Tahukah kau kalau aku adalah orang yang lemah?"
Raut wajahmu terperangah ketika ku katakan seperti itu
"Kau adalah orang terkuat yang pernah kutemui
Bersinar seperti bintang yang kau impikan
Menyinari mereka yang tengah berjalan menuju pulang"
Ujarnya berapi-api
Sambil tersenyum kugelengkan kepala
"Tidak, imajiku
Sadarkah kau jika bintang itu diam sendiri di luasnya langit?
Berikan sinarnya kepada insan di bawah yang takut akan gelap
Berharap insan di bawah akan menyapa balik dan tersenyum padanya"
"Tahukah kau apa kelemahannya?
Bintang berharap insan di bawah akan menyapa balik dan tersenyum padanya
Bintang berharap
Bintang terbenam akan ekspektasinya sendiri
Sedikit yang terwujud
Hanya oleh pengagum bintang seperti diriku"
"Itu bintang, tapi itu bukan dirimu, kan?"
Tanyamu lagi
"Aku pun berharap
Aku lemah akan harapan
Aku tak henti berharap pada hal yang tak pasti
Berharap apa yang kuinginkan menjadi nyata
Berapa kali kukatakan pada diriku sendiri bahwa berharap hanya akan mematikan asaku
Tidak semua harapan pun akan terwujud
Semua telah tertulis dalam suratan takdirku
Tapi aku selalu mengulang kesalahan itu
Aku kembali selalu berharap
Sama seperti bintang"
"Sampai akhirnya,
Atas ketidakpastian harapan, bintang melemah
Luarnya memang terang, tetapi dalamnya? Rapuh
Bintang tua bahkan hancur menjadi debu kosmik yang terabaikan
Mati sendiri dalam harapan"
"Kamu tidak boleh seperti itu", ujarmu
"Aku tidak begitu
Aku hanya kecewa, tenggelam dalam kekecewaan
Lalu ada orang yang berkata
"Kekecewaanmu adalah pertanda bahwa kamu tidak mau diatur oleh-Nya"
Jadi maukah kau membantuku bangkit setiap harapan itu hadir?
Aku masih mau diatur oleh-Nya"
Sebelum kau menjawab, ku lemparkan pertanyaan lagi
"Tahukah kau kebahagiaan terbesar bintang yang bisa membuatnya melupakan harapnya?"
"Ada sosok yang menunggu sinarnya setiap malam dan mengatakan "terima kasih bintang yang kuat yang pernah kutemui, untuk selalu menyinari jalanku pulang""
Kau pun tersenyum di bawah sinar Sirius, bintang paling terang