Tahukah dirimu tentang kisah Orion?
Hidup Orion itu memang sudah salah.
Terlahir sebagai keturunan raksasa.
Mencintai sang Dewi yang kekal.
Lalu dihidupkan kembali untuk menjadi musuh para wanita.
Hidup Orion itu memang sudah salah.
Mengejar pahlawan wanita.
Membuat jatuh dengan panah kebanggaannya.
Jiwa dan raganya.
Kurasa aku salah satu korbannya.
Terpana hingga terpanah.
Setiap memandang tiga bintang sejajar,
dengan bintang yang lebih jauh di sebelah barat.
Bintang di Barat itu, penunjuk ke mana hatiku harus jatuh.
Kau memang di sana, menunggu di penghujung senja.
Aku memang korbannya karena Orion selalu salah.
Salah menunjuk waktu hingga temu tak kunjung terjadi.
Pasti pernah denger kan perihal media sosial yang membuat kesehatan mental kita menjadi lebih buruk? Beberapa artikel pun menyebutkan bahwa Instagram merupakan the worst social media for mental health. Menurut Time.com, survei yang dilakukan kepada hampir dari 1500 orang memberikan hasil bahwa Instagram adalah media sosial terburuk jika dibandingkan dengan Youtube, Twitter, Facebook, dan Snapchat. Platform berbagi foto tersebut diasosiasikan dengan anxiety, depresi, hingga perasaan "khawatir tertinggal". Hal ini berbanding terbalik dengan Youtube yang memberi dampak positif karena menyediakan informasi dari sumbernya dan menurunkan tingkat depresi, anxiety, serta loneliness.
Kalo yang kurasakan pribadi sih, media sosial emang took so much time, apalagi instagram. Padahal aktivitas kita hanya melihat. Bosen dikit scroll, gatau mau ngapain jadi mending scroll aja. Pas waktu kuliah, aku merasakannya. Aku menghabiskan kurang lebih satu jam setiap pagi untuk cek media sosial. Jadi aku harus bangun sejam lebih pagi dari waktu siap-siap untuk cek-cek. Bahkan bisa merelakan waktu untuk bikin sarapan atau cuci baju. Akhirnya jajan atau bajunya taro di laundry, kan sayang ya kalo bisa hemat mah :(
Untungnya kebiasaan itu berhasil diubah setelah lulus. Karena setelah lulus, gak ada aktivitas menuntut jadi jam buka media sosial lebih tak terbatas. Tapi makin harus bisa kontrol diri. Oiya biasanya pas masa skripsian, orang akan milih untuk deactivate atau uninstall media sosial. Aku bukan termasuk yang seperti itu. Menurutku, fungsi media sosial untuk keeping up to date each other dan aku butuh itu. Apalagi aku yang cenderung extrovert--kata beberapa tes MBTI gratis di internet, aku butuh tahu lingkungan sosialku saat ini kayak apa. Yaa emang rasanya beda kalo ketemu langsung tapi lumayan mengatasi necessity tersebut.
Tapi satu waktu merasa kalo using social media unconsciously-too-much itu udah jadi kebiasaan dan gak sehat. Gak lagi jadi kebutuhan. Yes, it impacted to me, too. Lihat orang jalan-jalan mulu, ingin jalan-jalan. Lihat orang udah kerja, ingin cepet-cepet dapet kerja. Inginnya jadi banyak. Siriknya jadi banyak juga. Bikin dosa kan ya. Bikin gak mensyukuri apa yang udah dimiliki. Bikin gak memahami kalo setiap orang punya rezekinya masing-masing. Punya jalannya masing-masing. Punya timezonenya masing-masing Pernah coba social media detox dengan one day no socmed, lumayan ampuh untuk first or second trial. Tapi selanjutnya gak ber-impact lagi. Uninstall medsos, ku juga tak mau. Akhirnya memilih untuk filter socmed dan menentukan waktu pemakaiannya.
Aturan yang kubuat saat itu adalah
Kalo yang kurasakan pribadi sih, media sosial emang took so much time, apalagi instagram. Padahal aktivitas kita hanya melihat. Bosen dikit scroll, gatau mau ngapain jadi mending scroll aja. Pas waktu kuliah, aku merasakannya. Aku menghabiskan kurang lebih satu jam setiap pagi untuk cek media sosial. Jadi aku harus bangun sejam lebih pagi dari waktu siap-siap untuk cek-cek. Bahkan bisa merelakan waktu untuk bikin sarapan atau cuci baju. Akhirnya jajan atau bajunya taro di laundry, kan sayang ya kalo bisa hemat mah :(
Untungnya kebiasaan itu berhasil diubah setelah lulus. Karena setelah lulus, gak ada aktivitas menuntut jadi jam buka media sosial lebih tak terbatas. Tapi makin harus bisa kontrol diri. Oiya biasanya pas masa skripsian, orang akan milih untuk deactivate atau uninstall media sosial. Aku bukan termasuk yang seperti itu. Menurutku, fungsi media sosial untuk keeping up to date each other dan aku butuh itu. Apalagi aku yang cenderung extrovert--kata beberapa tes MBTI gratis di internet, aku butuh tahu lingkungan sosialku saat ini kayak apa. Yaa emang rasanya beda kalo ketemu langsung tapi lumayan mengatasi necessity tersebut.
source : http://time.com/4793331/instagram-social-media-mental-health/ |
Tapi satu waktu merasa kalo using social media unconsciously-too-much itu udah jadi kebiasaan dan gak sehat. Gak lagi jadi kebutuhan. Yes, it impacted to me, too. Lihat orang jalan-jalan mulu, ingin jalan-jalan. Lihat orang udah kerja, ingin cepet-cepet dapet kerja. Inginnya jadi banyak. Siriknya jadi banyak juga. Bikin dosa kan ya. Bikin gak mensyukuri apa yang udah dimiliki. Bikin gak memahami kalo setiap orang punya rezekinya masing-masing. Punya jalannya masing-masing. Punya timezonenya masing-masing Pernah coba social media detox dengan one day no socmed, lumayan ampuh untuk first or second trial. Tapi selanjutnya gak ber-impact lagi. Uninstall medsos, ku juga tak mau. Akhirnya memilih untuk filter socmed dan menentukan waktu pemakaiannya.
Aturan yang kubuat saat itu adalah
- Boleh membuka instagram sebelum jam 12 siang. Kenapa? Pertama, ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam setengah hari pertamaku. Kedua, orang-orang cenderung lebih produktif di awal harinya--aku sih, gatau yang lain hehe. Ketiga, menghindari kenegatifan di awal hari, in case pas kita buka instagram nemu hal-hal yang tidak diinginkan.
- Tidak memulai hari dengan buka media sosial. Paling banter buka platform chat untuk lihat ada yang penting atau nggak. Kalo gak penting, ditinggal dulu. Kerjain hal yang lebih penting untuk dikerjakan terlebih dahulu. Misalnya tilawah dulu, baca buku sambil ngeteh cantik, atau beberes rumah.
- Mute push notification yang dirasa tidak urgent. Mulai dari group chat sampai notification like atau comment di instagram. Untuk orang yang gak suka punya notification numpuk, it really really works for me. Jadi kita baru tau ada notification ketika buka aplikasinya. Emang ketika kita ingin.
- Stories hanya boleh dibuka ketika ketemu wifi, tapi kalo post doang boleh. Selain jadi lebih cherish the moment, ini menghemat kuota sangat banyak. Pasang paket data pun jadi seperlunya aja.
Aturan ini coba dilakukan dari bulan November and it helps me alot. Udah jadi habit, sepertinya. Instagram jauh berkurang dan lebih ke Twitter. Lebih banyak dapat informasi dari Twitter. Tapi lihat Twitter dan media sosial yang lain pun jadi seperlunya aja. Kalo lihat lagi-lihat lagi jadi gumoh. Terus kalo menyalahi aturan-aturan tersebut jadi suka ngerasa bersalah karena ngerasa bukan saatnya. Misalnya gak sengaja Instagram kepencet pagi-pagi, langsung tutup dan self-talk "Ini bukan waktunya, Amanda". Ini sering banget kejadian.
Hasilnya? Realita dan dunia maya jadi lumayan balance. Gak ketinggalan info, tapi juga gak terkukung dengan media sosial. Jadi lebih santai juga menanggapi hal-hal di media sosial, kayak ada yang jalan-jalan ke mana, ikut kegiatan apa. Legowo gitu. Sekarang banyak melakukan kebiasaan baik yang baru bahkan. Misalnya, ke mana-mana jadi bawa buku dan memilih untuk baca buku di kereta dibanding buka medsos. So happy.
Nah, social media itu punya kita. Aku belajar kalo kita yang menentukan kontennya. Kita yang menentukan fungsinya. Kita juga yang mengatur pemakaiannya.
Nah, social media itu punya kita. Aku belajar kalo kita yang menentukan kontennya. Kita yang menentukan fungsinya. Kita juga yang mengatur pemakaiannya.
"Jika dapat memilih salah satu kekuatan superhero, kekuatan seperti apa yang ingin kamu miliki?"
Aku akan memilih tidak menjadi sosok pahlawan.
Pahlawan terlalu kuat untuk disandarkan.
Pahlawan terlalu panjang akal untuk memecahkan misteri.
Pahlawan terlalu berani untuk menghadapi musuh.
Pahlawan terlalu percaya diri untuk dipercaya seantero kota.
Pahlawan terlalu bertenaga untuk cepat lelah.
Pahlawan terlalu optimis bahwa ia bisa menghadapinya.
Bahkan, pahlawan tidak yakin bahwa dirinya pahlawan.
Aku, ingin menjadi manusia biasa. Ingin hidup normal. Jadi jangan berikan pertanyaan itu lagi
031217
21.53
Ia pun tertawa.
Jika ia tertawa, angin berhembus kencang. Namun hangat.
Daun-daun pun beterbangan.
Tanah ikut bergetar
Seingatku, aku hanya sedang menulis kala itu.
Tentang hal sulit dalam hidup.
Kata orang, lumrah terjadi.
Tapi mengapa dunia ini tertawa.
Dalam hati kujawab,
Aku tak ingin memberi energi buruk kepada mereka.
Mereka berhak dapat yang baik dariku.
Jika kau bertanya, adilkah ini?
Mungkin adil menurut kita berbeda.
Kita lanjut cerita jalan-jalan di Lampung yaaa. Cerita sebelumnya di sini
Destinasi kita selanjutnya adalah Teluk Kiluan. Mau ngapain? Lihat lumba-lumba! Untuk ke wisata ini, kita harus datang sehari sebelumnya dan menginap di sana karena Dolphin Tour itu pagi sekali. Untuk akses ke sana, lumayan jauh dan jalannya sangat tidak bersahabat. Dari Dermaga Pahawang, masih harus menempuh 1,5-2 jam dengan jalanan yang sangat mengocok perut. Jalan paling kacau dari jalanan yang pernah kulalui sehingga tidak disarankan jalan malam seperti keluargaku kemarin. Kebayang gak? Jalannya mengocok perut lalu temaram. Menuju Teluk Kiluan pun, ada turunan yang cukup ekstrim. Gila juga ada jalanan kayak gitu. Lebih kacau dari kelok 44 ke Maninjau :') Oiya ke Kiluan, mending booking dulu biar gak bingung cari tempat penginapan. Rumah anyaman gitu tapi nyaman dan bersih terus tidurnya ditemenin suara laut. Biasanya penginapannya juga menyediakan Dolphin Tour itu. Juga menyediakan paket makan karena jangan harap bisa nemuin warung makan di sana. Makanannya lumayan kok 15k/orang dengan porsi yang lengkap, enak dan unik. Iyaa, ku makan malem pake ikan gatau diapain, bumbunya juga gatau bumbu apa tapi enak bangettt.
Dolphin Tour itu berangkat jam 6 pagi. Oiya paketnya seharga 300-350k/perahu yang bisa diisi maksimal 3 orang. Perahunya emang pake perahu jungkut yang kecil banget. Bayangin yaa perahu sekecil itu melaju melawan ombak ke arah samudera. Rasanya kayak naik wahana tapi ini realita. Kalo jatoh ke laut yaa yassalam. Setelah satu jam mengarungi samudera, kita sampai di titik lihatnya. Nunggu dulu bareng dengan perahu-perahu lain. Tiba-tiba, Bapak yang nyetirin perahu kita ngomong "Lihat kanan, neng!". Lah bener dong ada lumba-lumba migrasi sekelompok gitu. Teriak-teriak heboh dong karena excited banget bisa lihat wild life langsung. Petualangan pun dimulai dengan kita yang cari lumba-lumba dan Bapaknya yang nyetirin ke arah spot-spot yang bisa lihat lumba-lumba. Perjalanan cari lumba-lumba - excited - cari lumba-lumba - excited itu berlangsung selama sejam sampai udah sepi karena lumba-lumbanya udah lewat. Balik dari spot itu, gak langsung balik karena kita berhenti dulu di Pulai Kiluan. Di sini, airnya sangat jernih dan bergradasi gitu. Pasirnya juga halus. Nah iya kan main mulu di Pantai. Kebayang dong kelingnya kayak apa :(
Selain itu, di Kiluan juga ada wisata Laguna--apa ya lupa namanya. Masuk ke sana kita cuman diminta 6k/orang. Biasanya orang sana nawarin Guide. Tapi setelah dijalanin, jalannya cukup jelas kok dan gak perlu Guide, jadi gak pake juga gapapa. Lumayan irit 50k haha. Letak lagunanya di balik Bukit jadi harus hiking dulu sekitar 30 menit. Mayan juga sih buat orang yang olahraganya cuman Zumba di kamar kayak diriku haha. Laguna itu adalah semacam kolam yan terbentuk alami, biasanya di tepi laut. Jadi kalo lagi surut, ada Lagunanya. Kalo pasang, Lagunanya hilang. Serunya berenang di Laguna itu rasanya nature banget haha. Bawahnya karang, berenang bareng ikan-ikan kecil tapi tetep merasa safe tanpa perlu pake pelampung--eh pake sih kalo Lagunanya yg 3 meter mah. Ku pake pelampung buat mengapung gitu, damai banget rasanya. Tapi pas balik, rasanya gak damai lagi karena harus hiking lagi untuk sampai ke penginapan.
Kalo wisata dalam kotanya, gak banyak guys. Kemarin sih hanya sempat ke Puncak Mas. Ini wisata kekinian ala-ala gitu--yang ada tempat foto-foto hits. Letaknya di Bandar Lampung yang bagian bukit. Duh lupa nama daerahnya tapi yaa tahu arahnya haha. Kalo mau ke sana enaknya sore-sore. Pas ke sana kemarin, lagi mendung hujan rintik-rintik gitu. Jadi view ke kota dan laut gak gitu jelas padahal seru banget kan yaa sebelah kanan laut, kirinya kota. Karena mendung, sunsetnya jadi gak maksimal sih. Tapi gantinya, dapet pelangi. Kulihat pelangi yang benar-benar setengah lingkaran, terus teriak-teriak happy. Malemnya, dapet city light kan. Cool sekali. Asik sih tapi yang agak annoy juga karena banyak banget yang foto-foto. Yaa namanya juga wisata kekinian ya.
Sekian jalan-jalan di Lampung. Semoga bisa segera jalan-jalan di tempat lain.
Destinasi kita selanjutnya adalah Teluk Kiluan. Mau ngapain? Lihat lumba-lumba! Untuk ke wisata ini, kita harus datang sehari sebelumnya dan menginap di sana karena Dolphin Tour itu pagi sekali. Untuk akses ke sana, lumayan jauh dan jalannya sangat tidak bersahabat. Dari Dermaga Pahawang, masih harus menempuh 1,5-2 jam dengan jalanan yang sangat mengocok perut. Jalan paling kacau dari jalanan yang pernah kulalui sehingga tidak disarankan jalan malam seperti keluargaku kemarin. Kebayang gak? Jalannya mengocok perut lalu temaram. Menuju Teluk Kiluan pun, ada turunan yang cukup ekstrim. Gila juga ada jalanan kayak gitu. Lebih kacau dari kelok 44 ke Maninjau :') Oiya ke Kiluan, mending booking dulu biar gak bingung cari tempat penginapan. Rumah anyaman gitu tapi nyaman dan bersih terus tidurnya ditemenin suara laut. Biasanya penginapannya juga menyediakan Dolphin Tour itu. Juga menyediakan paket makan karena jangan harap bisa nemuin warung makan di sana. Makanannya lumayan kok 15k/orang dengan porsi yang lengkap, enak dan unik. Iyaa, ku makan malem pake ikan gatau diapain, bumbunya juga gatau bumbu apa tapi enak bangettt.
Dolphin Tour itu berangkat jam 6 pagi. Oiya paketnya seharga 300-350k/perahu yang bisa diisi maksimal 3 orang. Perahunya emang pake perahu jungkut yang kecil banget. Bayangin yaa perahu sekecil itu melaju melawan ombak ke arah samudera. Rasanya kayak naik wahana tapi ini realita. Kalo jatoh ke laut yaa yassalam. Setelah satu jam mengarungi samudera, kita sampai di titik lihatnya. Nunggu dulu bareng dengan perahu-perahu lain. Tiba-tiba, Bapak yang nyetirin perahu kita ngomong "Lihat kanan, neng!". Lah bener dong ada lumba-lumba migrasi sekelompok gitu. Teriak-teriak heboh dong karena excited banget bisa lihat wild life langsung. Petualangan pun dimulai dengan kita yang cari lumba-lumba dan Bapaknya yang nyetirin ke arah spot-spot yang bisa lihat lumba-lumba. Perjalanan cari lumba-lumba - excited - cari lumba-lumba - excited itu berlangsung selama sejam sampai udah sepi karena lumba-lumbanya udah lewat. Balik dari spot itu, gak langsung balik karena kita berhenti dulu di Pulai Kiluan. Di sini, airnya sangat jernih dan bergradasi gitu. Pasirnya juga halus. Nah iya kan main mulu di Pantai. Kebayang dong kelingnya kayak apa :(
Selain itu, di Kiluan juga ada wisata Laguna--apa ya lupa namanya. Masuk ke sana kita cuman diminta 6k/orang. Biasanya orang sana nawarin Guide. Tapi setelah dijalanin, jalannya cukup jelas kok dan gak perlu Guide, jadi gak pake juga gapapa. Lumayan irit 50k haha. Letak lagunanya di balik Bukit jadi harus hiking dulu sekitar 30 menit. Mayan juga sih buat orang yang olahraganya cuman Zumba di kamar kayak diriku haha. Laguna itu adalah semacam kolam yan terbentuk alami, biasanya di tepi laut. Jadi kalo lagi surut, ada Lagunanya. Kalo pasang, Lagunanya hilang. Serunya berenang di Laguna itu rasanya nature banget haha. Bawahnya karang, berenang bareng ikan-ikan kecil tapi tetep merasa safe tanpa perlu pake pelampung--eh pake sih kalo Lagunanya yg 3 meter mah. Ku pake pelampung buat mengapung gitu, damai banget rasanya. Tapi pas balik, rasanya gak damai lagi karena harus hiking lagi untuk sampai ke penginapan.
Kalo wisata dalam kotanya, gak banyak guys. Kemarin sih hanya sempat ke Puncak Mas. Ini wisata kekinian ala-ala gitu--yang ada tempat foto-foto hits. Letaknya di Bandar Lampung yang bagian bukit. Duh lupa nama daerahnya tapi yaa tahu arahnya haha. Kalo mau ke sana enaknya sore-sore. Pas ke sana kemarin, lagi mendung hujan rintik-rintik gitu. Jadi view ke kota dan laut gak gitu jelas padahal seru banget kan yaa sebelah kanan laut, kirinya kota. Karena mendung, sunsetnya jadi gak maksimal sih. Tapi gantinya, dapet pelangi. Kulihat pelangi yang benar-benar setengah lingkaran, terus teriak-teriak happy. Malemnya, dapet city light kan. Cool sekali. Asik sih tapi yang agak annoy juga karena banyak banget yang foto-foto. Yaa namanya juga wisata kekinian ya.
Sekian jalan-jalan di Lampung. Semoga bisa segera jalan-jalan di tempat lain.
Inginnya sih posting tiap minggu, tapi malah jadinya per bulan. ternyata masih harus belajar biar jadi rutinitas nih hehe.
Kali ini, mau share liburan lalu.
Akhirnya liburan yang diniatkan setelah kehectican skripsi, baru bisa terwujud. Tadinya ingin ke suatu tempat dalam wishlist. Namun, tiket pesawat sudah terlanjur berkali-kali lipat sehingga ku merelakan untuk nyusul ke tempat Ayah kerja sekarang, yaitu Bandar Lampung. Iyap, salah satu keuntungan dari orang tua yang kerjanya pindah-pindah itu, bisa ngintilan ke mana pun beliau berada. Jadi sebagian besar liburanku adalah nyusulin Ayah hehe.
I didn't expect before that Lampung was going to be fun. Karena dipikir cuman itu-itu aja, mau ngapain lagi. Ditambah lagi karena hasrat liburan udah menggebu-gebu. Untuk keluarga yang travelling tiap libur sekolah, satu setengah tahun gak ngebolang tuh rasanya separuh jiwa hilang. Ekspektasinya tinggi nih, untung hasilnya juga tinggi.
Selain karena Ayah ada di sana, Lampung termasuk destinasi wisata yang cukup kaya dengan akomodasi yang terjangkau bagi orang Jabodetabek. Kemarin, ku cukup naik Damri dari Gambir dengan harga 160k untuk bisnis atau 205k untuk eksekutif, sudah sampai di Lampung. Bahkan ada juga Damri Depok-Lampung seharga 220k untuk eksekutif. Perjalanan menghabiskan waktu kurang lebih 8 jam. Tapi gak bosen karena setengah perjalanannya adalah naik Ferry. Akhirnya ketemu laut!
Mungkin beberapa orang anggap itu cukup lama. Tapi dibanding Depok-Bandung 8 jam cuman ketemu jalan tol dan macet :(
Oiya, ini nih kota pertama yang kukunjungi tanpa harus adaptasi bahasa, logat, atau semacamnya, at least panggilan. Karena rata-rata masyarakat sana adalah transmigran dari Jawa. Sumatera rasa Jakarta, menurutku mah. Manggilnya 'Mas-Mbak' juga. Gak perlu adaptasi makanan juga karena rasanya sama kayak biasa. Rasa masakan orang sini. Beda dengan waktu ke Makassar beberapa waktu lalu. Harus adaptasi masakan dengan rempah yang khas dan fresh seafoodnya. Setelah seminggu rasa gumoh dan inginnya fastfood aja haha. Atau pas ke Jepang yang setelah 10 hari-an, inginnya sambal atau nasi padang saja.
Hari pertama harus mengubah itinerary. Tadinya mau ke Way Kambas, tetapi karena adikku yang menyusul sampainya cukup siang, jadi dibatalkan. Kata Bunda, "takut gajahnya keburu pulang" :( Tapi ini beneran loh karena gajahnya akan pulang ke posnya sekitar jam 3-an. Btw, akhirnya Pantai Sari Ringgung jadi destinasi pertama kita. Pantainya hanya butuh waktu 30 menit dari Bandar Lampung. Cukup bersih untuk pantai yang berada di pinggir kota. Tapi pas ke sana, lagi ramai karena pas lagi Natal. Pulangnya pun sempetin makan Bakso H. Soni yang super hits! Ternyata enak bangettt.
Destinasi wisata kedua itu Way Kambas. Ini wajib banget karena salah satu alasanku pengen ke Lampung adalah lihat gajah. Dari Bandar Lampung menghabiskan waktu perjalanan sekitar 2,5-3 jam dengan mobil. Ku gak tahu kalo naik umum gimana, tapi kusarankan rental mobil karena jarak antar wisata di Lampung memang jauh-jauh. Btw kalo ke Way Kambas, pake topi, kacamata, payung atau pelindung apapun yaa. Way Kambas kan konservasi gajah, jadi lebih banyak savana dibanding hutan-hutan teduh. Di sana, ada beberapa kali pertunjukkan gajah. Gajah-gajah ini memang sudah belajar dan lebih jinak. Jadi lebih bisa dipegang-pegang atau diajak foto-foto. Beda sama gajah yang dilepas di taman konservasi. Oiya selain ada pertunjukan, kita juga bisa menunggangi gajah. Wisata gajah tunggang itu ada yang hanya muterin area (20k) atau berjalan mengitari savana (150k untuk 30 menit atau 250k untuk 1 jam). Pengen banget ngerasain naik gajah keliling savana, tapi gagal karena waktunya yang sudah terlalu sore dan perjalanan masih jauh untuk ke Bandar Lampung. Akhirnya naik gajah masih masuk ke wishlist Amanda.
Destinasi selanjutnya adalah Pulau Pahawang. Ini destinasi masih bisa dibilang terjangkau. Jarak hanya 1,5 jam dari Bandar Lampung, harga pun lumayan terjangkau. Hanye sekitar 180k/orang termasuk kapal, wisata pulau, alat snorkeling, dan makan siang; atau 165k/orang tanpa makan siang. Tapi ini barengan sama orang karena penuhin kapal. Kira-kira sampai kapal terisi 11-14 orang. Kalo mau lebih privat, bisa dengan speed boat seharga 1500k/kapal.
Disarankan untuk udah pesan paketnya dulu ya biar tenang. Pas ku ke sana yang baru datang hari H, kapalnya udah habis. Kebetulan pas libur sekolah sih jadi ramai. Kita udah pasrah aja tuh. Tapi Ayah keukeuh cari orang yang nasibnya sama dengan kita. Alhamdulillah masih ada rezeki dan bisa lanjut. Oiya kalo udah naik kapalnya, pastikan udah pake outfit yang siap nyebur ya karena gak ada waktu lagi buat ganti-ganti baju. Ini dialamin sama si Adik yang masih pake jeans padahal destinasi pertama kita adalah snorkeling which is di tengah laut. Akhirnya dia ganti dengan ditutupin handuk. Suka banget snorkeling karena airnya sangat jernih. Setelah snorkeling, kita dibawa ke Pantai yang pasirnya putih dan cenderung tenang. Lupa namanya apa tapi di sekitar situ ada semacam keraton. Pantai ini juga menyediakan wahana air kayak banana boat, dll. Tapi jujur aku gak rekomen untuk kalian yang adrenaline-junkie karena ombaknya cenderung tenang. Kita juga dibawa ke Pantai Pahawang. Banyak penjual makanan di sini. Jangan lupa minum kelapa mudanya yaa. Langsung dipetik dari pohon jadi sangat fresh. Oiya ada yang kita lewatin tapi gak ke sana karena waktu, namanya Pulau Pahawang Kecil. Nah kalo mau main wahana air mending disini. Ombaknya lebih mantap karena langsung papasan dengan samudera. Btw selama jalan-jalan ini, kalian harus menyediakan uang yang cukup yaaa. Di setiap pemberhentian suka diminta 'duit parkir'. Lah ternyata parkir di laut aja bisa kena tarif! Btw ada hal yang miris dari perjalanan ini adalah pulang pahawang kecil itu punya bule--kata Mas Guide kita. Ku malah jadi diskusi dengan si Adik gimana cara kepemilikan suatu pulau. Tapi tetep sedih banget pulau kita bisa dimiliki orang gitu.
Mari kita lanjutkan cerita tentang Lampung di postingan berikutnya. Klik ini!
Kali ini, mau share liburan lalu.
Akhirnya liburan yang diniatkan setelah kehectican skripsi, baru bisa terwujud. Tadinya ingin ke suatu tempat dalam wishlist. Namun, tiket pesawat sudah terlanjur berkali-kali lipat sehingga ku merelakan untuk nyusul ke tempat Ayah kerja sekarang, yaitu Bandar Lampung. Iyap, salah satu keuntungan dari orang tua yang kerjanya pindah-pindah itu, bisa ngintilan ke mana pun beliau berada. Jadi sebagian besar liburanku adalah nyusulin Ayah hehe.
I didn't expect before that Lampung was going to be fun. Karena dipikir cuman itu-itu aja, mau ngapain lagi. Ditambah lagi karena hasrat liburan udah menggebu-gebu. Untuk keluarga yang travelling tiap libur sekolah, satu setengah tahun gak ngebolang tuh rasanya separuh jiwa hilang. Ekspektasinya tinggi nih, untung hasilnya juga tinggi.
Selain karena Ayah ada di sana, Lampung termasuk destinasi wisata yang cukup kaya dengan akomodasi yang terjangkau bagi orang Jabodetabek. Kemarin, ku cukup naik Damri dari Gambir dengan harga 160k untuk bisnis atau 205k untuk eksekutif, sudah sampai di Lampung. Bahkan ada juga Damri Depok-Lampung seharga 220k untuk eksekutif. Perjalanan menghabiskan waktu kurang lebih 8 jam. Tapi gak bosen karena setengah perjalanannya adalah naik Ferry. Akhirnya ketemu laut!
Mungkin beberapa orang anggap itu cukup lama. Tapi dibanding Depok-Bandung 8 jam cuman ketemu jalan tol dan macet :(
Oiya, ini nih kota pertama yang kukunjungi tanpa harus adaptasi bahasa, logat, atau semacamnya, at least panggilan. Karena rata-rata masyarakat sana adalah transmigran dari Jawa. Sumatera rasa Jakarta, menurutku mah. Manggilnya 'Mas-Mbak' juga. Gak perlu adaptasi makanan juga karena rasanya sama kayak biasa. Rasa masakan orang sini. Beda dengan waktu ke Makassar beberapa waktu lalu. Harus adaptasi masakan dengan rempah yang khas dan fresh seafoodnya. Setelah seminggu rasa gumoh dan inginnya fastfood aja haha. Atau pas ke Jepang yang setelah 10 hari-an, inginnya sambal atau nasi padang saja.
Hari pertama harus mengubah itinerary. Tadinya mau ke Way Kambas, tetapi karena adikku yang menyusul sampainya cukup siang, jadi dibatalkan. Kata Bunda, "takut gajahnya keburu pulang" :( Tapi ini beneran loh karena gajahnya akan pulang ke posnya sekitar jam 3-an. Btw, akhirnya Pantai Sari Ringgung jadi destinasi pertama kita. Pantainya hanya butuh waktu 30 menit dari Bandar Lampung. Cukup bersih untuk pantai yang berada di pinggir kota. Tapi pas ke sana, lagi ramai karena pas lagi Natal. Pulangnya pun sempetin makan Bakso H. Soni yang super hits! Ternyata enak bangettt.
Perahu ini bisa ajak kamu wisata. Yang terkenal adalah Pasir Timbul dan Masjid Terapung |
Destinasi wisata kedua itu Way Kambas. Ini wajib banget karena salah satu alasanku pengen ke Lampung adalah lihat gajah. Dari Bandar Lampung menghabiskan waktu perjalanan sekitar 2,5-3 jam dengan mobil. Ku gak tahu kalo naik umum gimana, tapi kusarankan rental mobil karena jarak antar wisata di Lampung memang jauh-jauh. Btw kalo ke Way Kambas, pake topi, kacamata, payung atau pelindung apapun yaa. Way Kambas kan konservasi gajah, jadi lebih banyak savana dibanding hutan-hutan teduh. Di sana, ada beberapa kali pertunjukkan gajah. Gajah-gajah ini memang sudah belajar dan lebih jinak. Jadi lebih bisa dipegang-pegang atau diajak foto-foto. Beda sama gajah yang dilepas di taman konservasi. Oiya selain ada pertunjukan, kita juga bisa menunggangi gajah. Wisata gajah tunggang itu ada yang hanya muterin area (20k) atau berjalan mengitari savana (150k untuk 30 menit atau 250k untuk 1 jam). Pengen banget ngerasain naik gajah keliling savana, tapi gagal karena waktunya yang sudah terlalu sore dan perjalanan masih jauh untuk ke Bandar Lampung. Akhirnya naik gajah masih masuk ke wishlist Amanda.
Gajahnya jago deh. Sempet mikir kok tega sih gajahnya dididik kayak gitu. Tapi ini adalah gajah-gajah terpilih |
Ini Adel ya, bukan Manda |
Gemes banget itu anak gajah. Pengen deketin tapi itu kan liar, takut diserang :( |
Destinasi selanjutnya adalah Pulau Pahawang. Ini destinasi masih bisa dibilang terjangkau. Jarak hanya 1,5 jam dari Bandar Lampung, harga pun lumayan terjangkau. Hanye sekitar 180k/orang termasuk kapal, wisata pulau, alat snorkeling, dan makan siang; atau 165k/orang tanpa makan siang. Tapi ini barengan sama orang karena penuhin kapal. Kira-kira sampai kapal terisi 11-14 orang. Kalo mau lebih privat, bisa dengan speed boat seharga 1500k/kapal.
Perahunya sebesar itu |
Disarankan untuk udah pesan paketnya dulu ya biar tenang. Pas ku ke sana yang baru datang hari H, kapalnya udah habis. Kebetulan pas libur sekolah sih jadi ramai. Kita udah pasrah aja tuh. Tapi Ayah keukeuh cari orang yang nasibnya sama dengan kita. Alhamdulillah masih ada rezeki dan bisa lanjut. Oiya kalo udah naik kapalnya, pastikan udah pake outfit yang siap nyebur ya karena gak ada waktu lagi buat ganti-ganti baju. Ini dialamin sama si Adik yang masih pake jeans padahal destinasi pertama kita adalah snorkeling which is di tengah laut. Akhirnya dia ganti dengan ditutupin handuk. Suka banget snorkeling karena airnya sangat jernih. Setelah snorkeling, kita dibawa ke Pantai yang pasirnya putih dan cenderung tenang. Lupa namanya apa tapi di sekitar situ ada semacam keraton. Pantai ini juga menyediakan wahana air kayak banana boat, dll. Tapi jujur aku gak rekomen untuk kalian yang adrenaline-junkie karena ombaknya cenderung tenang. Kita juga dibawa ke Pantai Pahawang. Banyak penjual makanan di sini. Jangan lupa minum kelapa mudanya yaa. Langsung dipetik dari pohon jadi sangat fresh. Oiya ada yang kita lewatin tapi gak ke sana karena waktu, namanya Pulau Pahawang Kecil. Nah kalo mau main wahana air mending disini. Ombaknya lebih mantap karena langsung papasan dengan samudera. Btw selama jalan-jalan ini, kalian harus menyediakan uang yang cukup yaaa. Di setiap pemberhentian suka diminta 'duit parkir'. Lah ternyata parkir di laut aja bisa kena tarif! Btw ada hal yang miris dari perjalanan ini adalah pulang pahawang kecil itu punya bule--kata Mas Guide kita. Ku malah jadi diskusi dengan si Adik gimana cara kepemilikan suatu pulau. Tapi tetep sedih banget pulau kita bisa dimiliki orang gitu.
Mari kita lanjutkan cerita tentang Lampung di postingan berikutnya. Klik ini!